Ulasan Pertunjukan Naskah “Malam Jahanam” Karya Montinggo Boesje
oleh Kantong Teater Pada Festival Teater Jakarta ke-48
oleh : Bit Suko Oki Candra
Festival Teater Jakarta (FTJ) merupakan festival tertua dan terbesar yang ada di Indonesia. Setelah dua tahun vakum dikarenakan pandemi tahun ini kembali hadir yang diselenggarakan pada tanggal 04-09 desember 2021. FTJ merupakan ruang ekspresi serta sebagai rumah bagi para penggiat teater yang ada di Jakarta. Pada kali ini FTJ mengusung tema “Adaptasi” sebagai tanda kemampuan FTJ dan pegiat teater dapat mengikuti perubahan masa transisi. Tema ini FTJ ambil sebagai tujuan untuk melihat sejauh mana daya adaptasi pegiat teater, karya dan penonton untuk menghadapi kondisi yang tak menentu di masa depan nnantinya. Festival ini juga sama-sama kita saksikan di kanal Youtobe milik Dewan Kesenian Jakarta. Festival ini akan di tampilkan di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Festival tahunan ini dilaksanakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta bersama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, yang diikuti oleh seluruh kelompok teater yang ada yang ada di Jakara. Tahun ini FTJ diikuti 15 grub teater dari lima wilayah kota administrasi yang ada di DKI Jakarta. Salah satunya diikuti oleh kelompok teater Kantong Teater yang akan membawakan naskah Malam Jahanam karya Montinggo Boesje.
Gambar 2
Tahun ini Kantong teater membawakan naskah Malam Jahanam Karya Montinggo Boesje pada malam final FTJ 2021. Dengan mengangkat konsep “blantek” yang berasal dari kata “blantahan” blantek ini merupakan salah satu kesenian teadisi dari Betawi yang dibentuk oleh tokoh betawi yang bernama kong Aji Ciun. Pertunjukan dimulai dengan menampilkan seorang wanita diiringi dengan musik khas betawi yang menghidupkan obor dengan mengenakan pakaian khas Betawi lalu menarikan tarian tradisi betawi. Sebuah penyajian yang baru dalam pertunjukan naskah malam jahanam ini. Dimana kantong teater mengambil latar budara Betawi dengan memasukkan seluruh unsur unsur Betawi baik itu dalam musik dan juga menampilkan tarian betawi asli. Naskah Malam Jahanam bercerita tentang seorang lelaki yang bernama Mat kontan yang egois selalu berbuat dan bersikap mengikuti kata hatinya. Ia selalu asik memelihara burng beo dan berjudi tanpa menghiraukan istrinya, paijah. Paijah sring bercerita tentang persoalan kehidupan rumah tangganya pada solaiman, teman dekat mat kontan. Demi menjaga rahasia kedekatan mereka, solaiman membunuh burung beo kesayangan mat kontan , hingga membuat marah mat kontan dan mencari siapa dalah di balik pembunuhan burung beo kesayangannya. Dalam garapannya kantong teater menggunakan setting imajiner dimana mereka tidak menghadirkan setting seperti yang tergambar dalam naskah dimana seharusnya ada dua rumah gubuk sebagai gambara rumah mat kontan dan juga rumah dari solaiman. Sebuah tawaran artistik yang menarik dalam sebuah garapan dengan naskah realis. Naskah ini termasuk dalam aliran realis dengan genre tragedi dengan tambahan komedi dalam garapannya.
Gambar 3
Dilihat dari penggambaran karakter tokoh menggunakan bahasa betawi dengan menyesuaikan dengan latar budaya yang mereka ambil ialah daerah betawi. Permaianan tokoh cukup baik dengan beberapa improfisasi yang dilakukan oleh para tohoh sehingga tidak membuat pertunjukan menjadi membosankan. Interaksi antar tokoh yang dihadirkan cukup baik sehingga membuat adegan demi adegan terbangun dengan sangat baik. Artikulasi para tokoh juga cukup jelas sehingga setiap pengupacapan dialog para tokoh dapat terdengar dengan jelas.
